Selamat Datang di web unit kegiatan siswa Jurnalistik Sekolah "Demofat-News" SMP Negeri 4 Kota Cirebon. Media publikasi Jurnalistik Sekolah ini berupa Mading, Facebook (Kabar SMP 4 Cirebon) dan Blog (demofat-news.blogspot)

28 Januari, 2010

JANGAN PISAHKAN AKU DAN DIA

"Cintaku pada mu begitu besar
Namun kau tak pernah bisa merasakan
Meski sakit hati ini kau tinggalkan
Ku ikhlas tuk bertahan”

Lantunan lagu “Jangan Pernah Berubah” dipopulerkan ST12 tersebut dinyayikan oleh puluhan siswa SMP Negeri 4 Cirebon mengiring kepergian kepala sekolah Bapak Karnadi S.Pd, M.Hum. Tidak hanya siswa, guru dan karyawan pun ikut merasa hatinya pedih ditinggal seorang kepala sekolah, bapak, guru sekaligus teman curhat seperti sosok low profil Mr Iding Karnadi.

Linangan air mata sangat sulit-sulit sekali tertahan. Tanpa terasa, pipi ini basah disiram air mata. Semua pihak larut dalam kesedihan ketika satu persatu warga sekolah, guru, karyawan dan siswa berjabat tangan untuk terakhir kalinya dengan kepala sekolah yang bijak, arif dan profesional tersebut. Para siswa pun tidak kuasa melepas jerit tangisnya ketika usai acara bersalaman dengan Pa Karnadi. “Bapak, jangan pergi. Jangan tinggalkan kami...”pinta para siswa.

Pak Karnadi hanya tersenyum sambil menahan air mata. Kepala sekolah ini mencoba untuk menghibur para siswa sampai mengajari berdoa agar kita semua diberikan kebaikan. Yah, semuanya kehilangan. Rasanya, baru kemarin kepala sekolah datang ke SMP Negeri 4, namun hanya dalam hitungan 10 bulan, dipindahkan lagi ke sekolah lain. Tepatnya sebagai kepala SMP Negeri 4 Cirebon.

Tentu saja, warga sekolah bertanya-tanya, mengapa pemerintah kota begitu tega mengambil keputusan itu. Anehnya, hanya beberapa bulan saja Pak Karnadi memimpin. Mau diapakan pendidikan di Kota Cirebon? Padahal masih banyak program kerja unggulan yang belum berjalan maksimal. Heran, pemerintah hanya selalu menjawab klise, bahwa itu demi kepentingan kedinasan, tetapi tidak pernah memikirkan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Pegang dagu, sungguh terlalu!

Lagi-lagi, guru dan siswa harus pasrah. Sama pasrahnya ketika siapapun kepala sekolah penggantinya; apakah dia lebih baik atau lebih buruk. Padahal tanpa guru, kepala sekolah juga tidak punya arti penting. Tanpa guru, pemerintah pun tidak bisa melanjutkan pembangunan. Tanpa guru, tanpa negara.

Keinginan warga sekolah sederhana saja. Berikan waktu kesempatan kepada kepala sekolah yang baik, untuk bertahan sesuai peraturan yang ada: empat tahun atau diperpanjang jika berprestasi. Setelah itu, guru dan karyawan pun rela melepas kepergian kepala sekolah itu. Karena mereka yakin: dimana ada pertemuan, selalu ada perpisahan. Namun bukan perpisahan yang dipaksakan. Dipaksakan karena kepentingan yang tidak jelas oleh dan untuk siapa? Walullahu’alam bishowab. (foto-foto sertijab bisa dilihat di FB : deny rochman)