Selamat Datang di web unit kegiatan siswa Jurnalistik Sekolah "Demofat-News" SMP Negeri 4 Kota Cirebon. Media publikasi Jurnalistik Sekolah ini berupa Mading, Facebook (Kabar SMP 4 Cirebon) dan Blog (demofat-news.blogspot)

06 Juli, 2018

MENJAGA SILATURAHIM, HALAL BIHALAL DIKEMAS BEDA

Sempat vacum, keluarga besar SMP Negeri 4 Kota Cirebon kembali menggelar acara halal bihalal. Kali ini kemasan acara lebih unik. Kali ini tausiyah tak melulu mengupas tema agama. Kali ini lokasi acara tak lagi di ruangan atau di gedung. Tausiyah membahas tentang peran penting guru. Lokasi memilih taman tengah di sekolah.

"Kita ingin hal berbeda dalam kegiatan halal bihalal. Selama ini tausiyah selalu bicara pentingnya silaturahim. Selama ini selalu di ruangan. Nah kali ini tema tausiyah tentang peran guru dalam menciptakan generasi emas tahun 2045. Lokasi acara di taman tengah sekolah," tutur Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I, panitia acara Halal Bihalal.

Kepala SMP Negeri 4 Kota Cirebon ibu Hj Sumiyati, S.Pd., M.Si hikmah dengan halal bihalal kita bisa saling akrab dan kenal kembali. Jika berjumpa di jalan bisa saling sapa. Bisa saling berkunjung ke rumah-rumah keluarga besar SMP Negeri 4 Kota Cirebon. Demikian pesan kepala sekolah dalam sambutannya.

Acara Halal Bihalal itu dihadiri sekitar 100 orang. Mereka adalah guru-guru dan staf TU, mantan guru dan kepala sekolah, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun. Hadir juga unsur pengawas dan komite sekolah. Acara dimulai pukul 09.00 berakhir sebelum dhuhur. Tausiyah disampaikan oleh ibu Hj Ayi Nining, M.Ag., penulis buku dan guru SMA Negeri 2 Kota Cirebon yang pernah mengajar di SMP Negeri 4.

Dalam tausiyahnya, guru PAI itu banyak menggali sisi kompetensi sosial dan kepribadian guru. Diiringi lantunan musik muhasabah suasana halal bihalal larut dalam kesedihan. Aktifis dakwah ini berbagi pengalamannya sebagai guru bagaimana mengajar dengan hati kepada anak-anak didik.

"Sebagai guru saya terus berusaha bagaimana pembelajaran ini bisa masuk ke jiwa mereka. Tidak saja memberikan pengetahuan tetapi bagaimana bisa terinternalisasi kepada jiwa mereka," tutur ustadzah Hj Ayi lirih di depan undangan yang terbawa emosi melankolisnya. Hasil pembelajaran itu kemudian ia bukukan dan launching belum lama ini.

Menurut Ayi, dalam pembelajaran abad 21 anak-anak didik tak bisa dijejali dan didoktrin seperti pembelajaran sebelumnya. Kita harus meninggalkan pola ujian dengan pilihan ganda atau sejenisnya. Kini berikan siswa materi yang menggali potensi intelektualnya. Dengan cara berfikir HOTS--- Higher Order Thinking Skills

"Tuntutan pembelajaran abad 21 menggali empat kemampuan yaitu berfikir kritis problem solving skill, kolaborasi, komunikasi dan literasi. Kompetensi itu harus guru-guru mengadopsi dan beradaptasi untuk diajarkan kepada peserta didik," papar guru yang pernah studi S2 atas beasiswa Kemenag RI. (HumaSpenpat)