Selamat Datang di web unit kegiatan siswa Jurnalistik Sekolah "Demofat-News" SMP Negeri 4 Kota Cirebon. Media publikasi Jurnalistik Sekolah ini berupa Mading, Facebook (Kabar SMP 4 Cirebon) dan Blog (demofat-news.blogspot)

10 September, 2009

RATUSAN SISWA MERATAPI DOSANYA

Sore itu, Rabu 9 September 2009, suasana Masjid Sekolah masih ceria. Satu siswa dengan lainnya masih telihat dan terdengar canda dan tawa. Ratusan siswa kelas VII sore ini hendak menjalani acara buka puasa bersama masing-masing kelas dengan wali kelas mereka masing-masing. Namun menjelang magrib suasana ceria itu berubah menjadi duka. Ratusan siswa meratapi dosanya. Bahkan dari mereka ada yang menangis keras.


Ini memang kejadian yang tidak biasanya. Satu demi satu siswa kelas VII mengingat orangtuanya di rumah bagaimana kalau mereka meninggal dunia. Padahal anaknya belum sempat membalas budi baiknya, pengorbanannya, kasih sayangnya selama ini melahirkan dan membesarkan anak-anak.

“Yang terjadi justeru sebaliknya. Kita sering merepotkan bapak ibu kita. Kita kadang suka marah dan membentak mereka. Padahal mereka sudah melahirkan, mendidik dan membesarkan kita semua. Betapa dosanya kita kepada mereka. Bagaimana jika setelah kita pulang mereka di rumah sudah membujur kaku, meninggal dunia,” tanya penceramah Bapak Komarudin, di depan sekitar 250-an siswa.

Tetesan air mata, satu demi satu tidak bisa terbendung, jatuh ke pipi setiap siswa. Mereka mulai mengoreksi diri perbuatannya kepada orangtua di rumah selama ini. Hatinya mulai terenyuh, sedih, berdosa namun tidak berdaya. Hanya air mata yang bisa keluar mendengarkan tausyiah penceramah dan menyaksikan tayangan video yang menggetarkan jiwa. Diakhir acara, seluruh siswa untuk sujud minta ampun kepada Yang Maha Kuasa atas dosa-dosanya kepada orangtua mereka.

Usai muhasabah, para siswa melakukan acara berbuka puasa bersama. Makanan ringan berbuka puasa (tajil) sudah disiapkan sebanyak 200-an kue dan minuman dari Pocarisweat. Mereka sesuai kelasnya masing-masing makan besar bersama teman dan waki kelasnya. Makanan yang digalang dengan swadaya kelas. Yah, karena Pocarisweat sekadar menyediakan makanan tajil.

Siswa kelas VII tersebut adalah peserta pesantren kilat yang akan berakhir Sabtu ini. Kegiatan mereka berbuka puasa terpaksa dilaksanakan lebih awal karena untuk menyukseskan kegiatan pihak tausyiah Pocarisweat. Sedianya acara buka puasa itu akan digelar akhir pekan, sambil penutupan pesantren kilat. Selain siswa, sore itu Kepala Sekolah Bapak Karnadi menyempatkan hadir. (*)