Memasuki usia 57 tahun, gerakan
Pramuka dituntut harus lebih keren, gembira, asyik dan menyenangkan. Tuntutan ini
karena Pramuka kini hidup dalam perkembangan
era komunikasi digital. Perlu rebranding
Pramuka baru yang diminati kaum muda karena anggota gerakan ini dari kalangan
muda. Di usianya kini, Pramuka tidak sama
suasana dan kondisinya ketika dilahirkan pada awal kelahirannya.
“Sebagian besar adik-adik kita
merupakan generasi cyber yang online setiap saat yang selalu update statusnya
dan mengungkapkan kondisi secara realtime dalam media sosial. Pramuka baru
harus keren, gembira, asyik, dan menyenangkan. Tantangan bagi para Pembina
Pramuka yang harus selalu kreatif dan berinovasi dalam membina peserta didik
sehingga bangga menjadi Pramuka,” tutur Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka DR.
Adhyaksa Dault, SH, M.Si.
Sambutan Ketua Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka tersebut disampaikan oleh Aman, MA, Pembina Upacara
Hari Pramuka SMP Negeri 4 Kota Cirebon. Selasa 14 Agustus 2018, guru pembina
Pramuka ini didaulat sebagai pembina upacara. Dengan retorika yang
meledak-ledak, guru PAI ini membacakan layaknya gaya DR. Adhyaksa Dault, SH,
M.Si dalam berbicara.
Menurut Adhyaksa, untuk menjadi
Pramuka Baru tentu tidak mudah. Itu semua
menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama sebagai orang tua, guru dan pembina
serta instruktur yang didukung oleh majelis pembimbing Gerakan Pramuka. Begitu
pula para pelatih harus belajar terus menerus untuk dapat mengembangkan dan
menerapkan teknologi pendidikan yang up
to date tanpa melupakan prinsip
dasar dan metode kepramukaan.
“Bangsa Indonesia tahun 2030
akan mendapatkan bonus demografi yang akan membawa dampak social ekonomi. Melimpahnya
jumlah penduduk usia kerja akan menguntungkan dari sisi pembangunan sehingga
dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi yang akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun berkah ini dapat berbalik menjadi
bencana jika bonus ini tidak dipersiapkan kedatangannya,” tuturnya.
Pramuka berkomitmen meningkatkan
kualitas manusia dengan membekali pendidikan karakter dan kompetensi iptek bagi
kaum muda. Membangun manusia yang memiliki karakter, serta membangun bangsa
yang memiliki watak yang kuat. Bukan hanya membangun kaum muda cerdas, akan tetapi juga kaum muda
yang tangguh kepribadiannya, luhur budi pekertinya, menjunjung kesatuan dan
persatuan Indonesia. (humaSpenpat)