Tim sepak bola SMP Negeri 4 Kota Cirebon larut dalam kegembiraan. Setelah berhasil mencukur lawan tandingnya 3-0 dalam laga final Galasiswa Kota Cirebon, Rabu (7/11) lalu. Namun di tengah kegembiraan, seorang pemain andalan malah terlihat murung dan menangis.
Sore itu pertandingan tuntas jam 5. Usai wasit meniupkan pluit panjang babak kedua, seluruh pendukung tim Spenpat berhamburan histeris ke tengah lapangan. Mereka yang ada di tribun penonton tak henti berjingkrak riang sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan yang biasa mereka lakukan saat laga tanding.
Kadisdik dan pejabat dinas lainnya tuntas menyerahkan piala kemenangan. Pemain dan suporter melakukan selebrasi kemenangan keliling lapangan. Tak ketinggalan foto-foto selfie bersama piala kebanggaan. Ditengah hiruk pikuk kemenangan, seorang pemain sayap tertunduk lesu dan sedih. Sejumlah teman dan orang tua lain yang menonton ikut menghiburnya.
Namanya M. Khairan Syazani. Pencetak goal terbanyak kedua setelah pemain SMP 2. Namun bukan karena tidak dipilih sebagai top score yang membuat siswa kelas VII ini menangis. Bukan pula karena jauh dari kedua orang tuanya yang lagi mengais rejeki di Jakarta.
"Biasa Bu anak ini kalau lupa sholat suka nangis," jawab seorang ibu sambil merangkul M. Khairan Syazani kepada ibu Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Kota Cirebon Hj Sumiyati, S.Pd., M.Si yang melihat keanehan pada pemain yang sedih saat merayakan kemenangan.
Yah, kesedihan Khairan meninggalkan sholat saat bermain bola sudah menjadi rahasia kawan-kawan satu klubnya di SSB Akademi Bina Sentra Cirebon. Kesedihan serupa pernah dia alami selama 4 kali saat merumput bersama tim kesebalasannya setahun terakhir. Penyebabnya sama, ga sempat sholat saat bermain bola.
"Seingat saya sudah 4 kali lupa sholat ashar pas main bola. Karena waktunya bentrok dengan waktu sholat. Biasanya saya kalau main sore sholat dulu. Resikonya saya harus main di babak kedua," tutur siswa yang hafiz dua juz Al Qur'an ini, juz 29 dan juz 30 sejak usia sekolah dasar di Jakarta.
M. Khairan Syazani, tercatat sebagai siswa baru di SMP Negeri 4 Kota Cirebon melalui jalur prestasi olahraga. Bersama rekan-rekan lainnya, Khairan terpilih sebagai siswa memiliki keahlian sepak bola. Bersama timnya Bina Sentra sudah melalang buana keluar masuk lapangan hijau. Usianya baru 12 tahun namun sudah bermain di dalam dan luar negeri.
Ketaatan agamanya sudah ia didik sejak kecil oleh kedua orang tuanya. Ayahnya memang bukan pemain bola, apalagi ibunya. Keduanya mengais rejeki sebagai pedagang di Jakarta. Walau rumahnya di Tangerang. Kesehariannya orangtua tinggal berdua. Khairan adalah anak tunggal yang merantau jauh ke Cirebon. Merantau untuk menggapai mimpinya sebagai pemain bola profesional.
"Ayah sering mengingatkan saya agar jangan meninggalkan sholat. Jika lagi main bola, berhenti dulu untuk sholat," tutur Khairan saat ditemui acara syukuran kemenangan timnya di sebuah rumah makan di Kota Cirebon.
Demi cita-citanya Khairan harus rela berpisah dengan kedua orang tuanya sekalipun ia anak tunggal. Cita-citanya menjadi pemain bola profesional seperti pemain idolanya Mohamed Salah pemain Liverpool asal Mesir. "Dia itu bermain bola sambil berdakwah," ujarnya sambil tersenyum yang kini kehidupan Khairan tinggal di asrama klubnya di Cirebon. (HumaSpenpat)